Embrio Dari Bawah Kolong Jembatan
Teks : galih sedayu
Sebuah ide biasanya lahir dari sesuatu yang sederhana. Dari kegiatan kecil semisal diskusi pun bisa melahirkan sejumlah ide yang besar. Berawal dari program regular yang digagas oleh air foto network yakni Ngopi #4 {Ngobrol santai & tukar pikiran soal fotografi}, berlokasi di bawah kolong jembatan pasopati, tepatnya di taman kampung pulosari, lahirlah embrio fotografi di Kota Bandung yang bernama Kampung Foto Bandung. Sejatinya Kampung Foto Bandung ini adalah sebuah gerakan kolektif melalui fotografi yang berupaya mengaktivasi ruang publik kampung kota. Kampung pulosari adalah salah satu kampung urban yang terletak di bawah jembatan pasopati bandung, di depan lapangan bawet yang biasanya sering digunakan oleh komunitas Rumah Cemara untuk kegiatan sepak bola. Kampung ini sangat beruntung karena dilewati oleh aliran Sungai Cikapundung, sehingga suara air sungai menjadi bagian yang tak terpisahkan ketika kita menyambangi tempat tersebut. Adalah Kang Handoko atau yang akrab dengan sebutan Mang Han, seorang tokoh masyarakat yang sejak 3 tahun lalu ikut memberikan kontribusi besar terhadap perubahan Kampung Pulosari. Kawasan yang tadinya gersang, perlahan-lahan kini menjadi hijau karena berbagai pohon yang ditanam oleh Mang Han beserta warga. Kampung inipun memiliki sebuah taman kecil yang bersih sehingga menjadi salah satu ruang publik tempat berkumpulnya warga sembari menikmati pemandangan sungai cikapundung. Dari kampung inilah inspirasi & gagasan perihal Kampung Foto Bandung tercipta.
Tepatnya tanggal 15 Juli 2013, di pagi yang cerah pada masa bulan ramadhan, secara resmi Kampung Foto Bandung berdiri. Hadir menjadi saksi di sana yaitu Ihsan Achdiat (Mahasiswa IMTelkom Bandung), Herlambang Bayu S (Mahasiswa IMTelkom Bandung), Geiofanny (Komunitas Sesater Indonesia), Sugih Wiramantri (Komunitas Sesater Indonesia), Pam Adinugroho (Mahasiswa Unpad Bandung), Isma Dasir Maulinda (Mahasiswa IMTelkom Bandung), Rivira (Mahasiswa IMTelkom Bandung), Ahmad Shifauka (Mahasiswa UPI Bandung), Destari M.H (Mahasiswa Unpad Bandung), Bilfahmi Ilmi H (Pelajar SMA 25), Aji Kurniawan (Pekerja Kantor), Handoko (Tokoh Masyarakat Kampung Pulosari) dan galih sedayu (pegiat fotografi). Pada momen ini juga, Isma Dasir Maulinda didaulat untuk menjadi komandan atau ketua Kampung Foto Bandung agar program-program ke depan dapat terealisasi dengan baik. Karena dari diskusi inilah muncul berbagai ide dari mulai pelatihan fotografi untuk anak-anak kecil yang bermukim di kampung tersebut, pameran foto aktivitas warga, perpustakaan kampung, pembuatan buku atau jurnal visual warga, dan lain sebagainya.
Barangkali ada secuil harapan dari gerakan kecil yang bernama Kampung Foto Bandung ini. Karena sesungguhnya kolaborasi adalah jembatan hidup bagi dunia kreativitas apapun termasuk fotografi. Di film “Women Are Heroes”, seorang fotografer muda yang berinisial JR membuat pameran foto di ruang-ruang publik di seluruh dunia seperti di tempat pembuangan sampah, bangunan tua, gerbong kereta api hingga atap rumah perkampungan penduduk. Ia menganggap bahwa media ekspresi tidak hanya dapat dilakukan di ruang-ruang tertutup saja. Dunia ini adalah galeri terbesar baginya. Karenanya sebuah kampung bisa menjadi awal kaki melangkah bagi komunitas atau individu yang menggeluti disiplin fotografi. Agar fotografi menjadi egaliter dan lebih dekat dengan masyarakat tentunya. Karena fotografi bukanlah kecanggihan alat atau “Gear”, melainkan ide manusia.
Bandung, 15 Juli 2013
Copyright (c) 2013 by galih sedayu
All Right reserved. No part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.
Leave a Reply