Archive for November 2012
Membangunkan Gedung Gas Negara Dari Tidur Panjangnya
Teks & Foto : galih sedayu
Sering kali kita mendengar sebuah ungkapan bahwa “Sebuah kota tanpa bangunan tua ibarat seorang manusia tanpa ingatan”. Karenanya tatkala sekelompok manusia yang congkak dan dungu berlomba untuk merubuhkan bangunan-bangunan lama kotanya hanya demi uang, maka aksi perlawanan terhadap mereka pun sudah semestinya muncul. Wajar saja memang karena gerakan yang ingin menyelamatkan gedung-gedung tua itu mesti terus selamanya didukung agar setiap kota yang kita huni tetap menjadi waras. Salah satu yang menjadi magnet bagi Kota Bandung adalah keberadaan gedung-gedung tua yang tak kunjung henti selalu mempesona mata manusia. Gedung-gedung tua yang menawan tersebut tersebar di berbagai kawasan Kota Bandung. Dalam buku “100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung” yang disusun & diterbitkan oleh Harastoeti DH pada tahun 2011, gedung-gedung tua tersebut dibagi ke dalam kawasan pusat kota, kawasan pecinan/perdagangan, kawasan pertahanan & keamanan/militer, kawasan etnik sunda, kawasan perumahan villa & non-villa serta kawasan industri. Sayangnya hingga saat ini masih banyak bangunan bersejarah di Kota Bandung yang mati suri dan sulit diakses oleh warganya.
Gedung Gas Negara yang terletak di Jalan Braga No 38 adalah salah satu gedung bersejarah yang dimiliki oleh Kota Bandung. Bangunan Gas Negara ini mulai dibangun pada masa penjajahan Belanda sekitar tahun 1919 yang dirancang oleh Richard Leonard Arnold Schoemaker. Pada awalnya, bangunan ini merupakan Sekretariat Bandoeng Voorult dan kantor N. V. Becker & Co yaitu sebuah kantor pembayaran. Pada tahun 1928, bangunan ini dibeli oleh perusahaan gas Belanda, N.V. Nederlandsch-Indische Gasmaatschappij (NIGM) sebagai cabang perusahaan gas pertama di Bandung. Setelah jaman kemerdekaan, bangunan ini diambil alih oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) yang difungsikan sebagai kantor pusat pembayaran dan administrasi, mirip seperti fungsi bangunan sebelumnya. Hingga pada akhirnya, gedung gas negara ini berhenti beroperasi pada tahun 1998. Sejak itulah Gedung Gas Negara mengalami tidur yang panjang. Untunglah ada sekelompok warga yang terus berupaya membangunkan Gedung Gas Negara dari tidurnya. Salah satunya adalah Mahasiswa Arsitektur Gunadharma ITB. Pada tanggal 10-17 November 2012 yang lalu mereka membuat sebuah pameran bertajuk “Bandung Ngabaraga” yang bertempat di Gedung Gas Negara tersebut. Alhasil karena acara pameran ini terbuka untuk umum, publik pun dapat melihat secara langsung seperti apa isi bangunan Gedung Gas Negara yang telah ditutup selama belasan tahun lamanya tersebut.
Sesungguhnya saat ini perlu adanya upaya-upaya aktif warga untuk kembali menghidupkan bangunan-bangunan tua & bersejarah di Kota Bandung yang telah lama terbengkalai. Untuk kemudian memperkenalkannya kepada anak-anak kita supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian. Supaya anak-anak yang lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka. Supaya mereka menaruh kepercayaan kepada setiap kotanya dan dengan teguh melestarikannya. Karenanya kita perlu menyadari bahwa cinta tidak bisa diberitakan di dalam kubur bangunan tua sebuah kota. Ia akan hidup ketika seluruh warga dapat dengan bebas mengunjungi dan menaruh harapan-harapannya pada gedung-gedung tua sebuah kota. Hingga Kota Bandung akan ada untuk selama-lamanya dan takhtanya seperti matahari & bulan di depan mata, sebagai saksi yang setia di awan-awan.
Save Our Heritage…
Bandung, 16 November 2012
copyright (c) 2012 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.
Simpati Untuk Bandung Selatan
Foto & Teks : galih sedayu
Hati alam memang tak pernah bisa ditebak. Kadang ia bisa menunjukkan kegembiraannya, kadang ia dapat mengeluarkan amarahnya sekonyong-konyong. Meski sudah sejak dulu sesungguhnya alam mengajarkan kita dengan sangat jelas, perihal dampak apa yang akan kita peroleh sebagai konsekuensi perbuatan kita terhadap alam. Bila kita memperlakukan alam ini dengan baik, maka ia pun akan berbaik hati terhadap kita. Begitu juga sebaliknya. Ia dapat menaikkan kabut dari ujung bumi, membuat kilat mengikuti hujan & mengeluarkan angin beserta banjir dari dalam perbendaharaannya. Itu yang akan terjadi bila segala tindakan kita malahan kerap merusak alam ini. Karenanya karma alam adalah inti dari keseimbangan semesta.
Minggu 18 November 2012. Hujan lebat disertai angin telah mengguyur Komplek Cingcin Permata Indah (CPI), Desa Gandasari, Kecamatan Ketapang, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sejak pukul 2 siang hingga pukul 10 malam. Bila melihat foto sebuah jam dinding yang jarumnya telah mati dan berada di atas tembok rumah Ibu Dadan (salah satu penduduk komplek CPI), diperkirakan sekitar pukul 18.17 WIB banjir bandang telah menerjang dengan ganas bersamaan dengan meluapnya air sungai dari arah belakang komplek CPI. Akibat dari hantaman air yang bercampur lumpur & sampah tersebut, tembok rumah milik Ibu Dadan pun langsung jebol seketika hingga membuat sebuah lubang besar sebagai bekasnya. Untungnya Ibu Dadan beserta keluarganya telah memiliki ritual yang sudah sejak lama dilakukan yaitu mengungsi tatkala hujan deras tiba. Penduduk setempat pun mengatakan bahwa pada sekitar pukul 8 malam, ketinggian air sudah mencapai 3 meter di komplek CPI. Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, ada sekitar 300 rumah yang terendam air & banjir di hari yang naas tersebut.
Dan atas nama solidaritas beserta kemanusiaan, berbagai bantuan pun hadir di tengah penderitaan yang dialami oleh warga korban banjir bandung selatan. Meski kita sadar bahwa bencana banjir itu disebabkan karena ulah manusia juga, namun kita tidak boleh berhenti dalam urusan mengulurkan tangan. Sebab di sanalah martabat kita sebagai seorang manusia diuji. Bagaimana ketulusan kita untuk menyediakan pertolongan dalam bentuk apapun. Saat ini bantuan bisa disalurkan melalui posko aksi bandung (twitter @aksibandung) di Jalan Purnawarman 70 Bandung. Atau dapat langsung menghubungi BPBD Kabupaten Bandung, Jalan Bandung-Soreang KM 17, Telp.022-85872591/76914288. Untuk donasi melalui tim @aksibandung, para sahabat bisa melakukan transfer ke rek BCA 0860437813 atas nama Puji Apriantikasari. Tentunya bencana alam ini tidak berakhir di tempat ini saja. Pada saat yang bersamaan ternyata masih ada musibah banjir & tanah longsor yang terjadi di Banjaran, Majalaya, Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Soreang, Kutawaringin, dan daerah lainnya. Apa yang telah kita bangun selama bertahun-tahun lamanya, mungkin akan hancur dalam sekejap oleh bencana alam. Meski begitu tetaplah membangun. Bantuan yang kita berikan kepada korban bencana alam, mungkin saja tidak cukup bagi mereka. Meski begitu tetaplah membantu. Karena dengan tindakan kecil itulah kita menjadi alas hidup yang abadi bagi sesama.
Bandung, 19 November 2012
copyright (c) 2012 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.