I'LL FOLLOW THE SUN

Love, Light, Live by galih sedayu

Archive for the ‘Demi Nama Jerit Alam, Isak Tangis & Sebuah Harapan’ Category

Demi Nama Jerit Alam, Isak Tangis & Sebuah Harapan

leave a comment »

Teks & Foto : galih sedayu

Masih ingat di benak kita semua sekitar 3 tahun yang lalu tepatnya tanggal 26 Mei 2006, Gempa tektonik berkekuatan 6,2 SR mengguncang Jawa Tengah (Jogya & Klaten). Lebih kurang enamribuan jiwa binasa dan ratusan ribu bangunan pun luluh lantak akibat peristiwa yang mengenaskan tersebut. Agaknya Bencana Alam tersebut masih tetap menghantui kita saat ini. Rabu 2 September 2009 sekitar pukul 14.55 WIB, Gempa berkekuatan 7,3 SR yang berpusat di kedalaman 30 kilometer di bawah dasar Samudra Indonesia atau 142 kilometer sebelah barat daya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat, mengguncang Pulau Jawa, Bali & Sumatera. Sejumlah daerah di Jawa Barat pun terkena imbas akibat amukan peristiwa alam tersebut. Dari mulai daerah Tasikmalaya, Ciamis, Garut, Sukabumi, Cirebon, Cianjur, dan Pangalengan menjadi korban keganasan alam yang sedang memperbaharui dirinya tersebut.

Memang tidak akan pernah ada kata permisi bagi sebuah kejadian alam yang menjadi bencana bagi manusia. Yang kemudian kita ketahui adalah bagaimana gempa tersebut memporak-porandakan peradaban manusia yang sekian lamanya dibangun. Manusia pun kehilangan tempat tinggal, harta benda & keluarga yang mereka cintai. Sehingga pada umumnya muncul sebuah pertanyaan dalam diri kita masing-masing…“ mengapa? ”. Agaknya kita harus mulai untuk tidak menyalahkan alam dan tidak mengutuk siapapun terhadap apa yang menimpa manusia. Kita perlu melihat lebih dalam bahwa sebenarnya ada sebuah harapan di balik peristiwa ini. Bagaimana cinta dan persaudaraan muncul diantara manusia dalam bentuk bantuan dan kepedulian. Bahkan kisah kelahiran pun turut mewarnai diantara kelamnya kematian. Seperti kelahiran seorang bayi laki-laki di daerah Sukamanah Pangalengan Jawa Barat sesaat sesudah peristiwa gempa tersebut. Bayi tersebut diberi nama “Rizky” oleh ibunya, seolah-olah sebagai wujud rasa sukur terhadap Sang Pencipta meski tengah mengalami tragedi kemanusiaan yang menyedihkan. Kini bayi tersebut tinggal di daerah pengungsian di perkebunan sukamanah pangalengan. Berharap akan kehidupan yang lebih baik tentunya.

Bagaimanapun kita telah melihat bahwa kehadiran peristiwa alam yang mengguncang ini bukanlah semata-mata menghadirkan korban bagi manusia melainkan juga menghadirkan manusia-manusia yang peduli. Kiranya sepenggal catatan lama di bawah ini yang pernah ditulis oleh salah seorang tetua kita dapat menjadi renungan bersama.

Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun, mungkin akan dihancurkan dalam semalam. Biar begitu, tetaplah membangun. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, sering bakal dilupakan orang keesokan harinya. Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan. Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup. Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik.”
Semoga cinta selalu menjadi jawaban atas segala pertanyaan kita. Salam.

Pangalengan, 4 September 2009

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan


gempa pangalengan

gempa pangalengan

gempa pangalengan

copyright (c) 2009 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.

Written by Admin

January 24, 2010 at 5:42 am