I'LL FOLLOW THE SUN

Love, Light, Live by galih sedayu

Archive for January 2011

Article of National Entrepreneurship Forum AIESEC LC Bandung 2010

leave a comment »

http://aiesecbandung.blogspot.com/2010/04/national-entrepreneurship-forum-aiesec.html

National Entrepreneurship Forum AIESEC LC Bandung 2010

Last month (March 17th 2010) we had an annual event National Entrepreneurship Forum LC Bandung 2010. This event was hold at Balarea Convention Center BTC Mall floor P1. At 9 AM event was opened by representative of AIESEC Indonesia Mia Dwi Agustina and from AIAO (Indonesia AIESEC Alumni Organization) Ardantya Syahreza. They were talking about NEF Introduction.
The main event begins with Avi Dwipayana (Founder & CEO Trimegah Securities) he was talking about why we should be an entrepreneur the lack of entrepreneurs in Indonesia. “15% concept, 85% is about implementation. A lot of people know, but it could never happen. It has to be a combination of Knowledge and Performance”, Mr. Avi said. 

Next session was with Erlan Primansyah (CEO of PT. Digits Media, a Strategic Consultant about Innovation) he said He added, an entrepreneur does not always run smoothly they will be faced with many obstacles such as their self, family, enemies, competitors, vendors, financial institutions, the State, employees and others.

Rifky Amir Balfas one of the Sushi Boon owner, came up and explained about how to come upwith business idea,how to create such a unique idea and become a famous sushi brand. Next session with Peter Firmansyah (Owner Peter Says Denim Company) talked about how a young boy who is usually extravagant and always wanted a luxury lifestyle, but he can create the idea to make a business in Clothes Company (especially jeans). As you know Peter expensive than the international brand jeans Levi’s.


After the session is completed, participants are given a break for 45 minutes and continued with Galih Sedayu (Director of Air Photography Communications). He said when we love and enjoying doing something from our hobbies it will be easier for you to run your hobby into a business. Next speaker was from the banking practitioners Memet Slamet, he explained about how to obtain loans from banks.

Who does not know about Cipaganti travel? Everybody knows about this travel. But do you know who the man behind this Cipaganti travel? He is Andianto Setiabudi! He explained about the beginning of his company until now.

Mr. Chandra Tambayong (owner of The Majesty Hotel, Solo Grand Mall, BTC Mall, Jatinangor Town Square, Grand Setiabudi, Galeri Ciumbuleuit Hotel, Solo Paragon and Pinewood Apartment) he explained a lot how we can expand our business, our behavior after becoming successful person. He said that network is important to our business. Although you are busy every day never forget to God, family, and healthiness. These 3 points can be a big influence to your live in the future.

After hearing many experiences from successful people, it would be incomplete if we didn’t discuss how to make a good business plan. Ardanstya Syahreza (CEO of PT Marketing Communication Indonesia) was discussing how to develop your business plan and make it to your real business.

Break for 40 minutes was really enough to all participants to took dinner, pray n relax. So they could continue the seminar. Next session was with a high school student who became Young social Change makers ASHOKA, she was talking about social entrepreneurship based on environment that she’s doing now with her groups to take care of nature and the world.

The last speaker was Ridwan Kamil he is a young international design entrepreneur of the year2006 British Council and the owner of PT Urbane Bandung. He explained how to managing creative business and the other side of Bandung art. 

The event then closed with giving placate to the speakers, and on 8 pm sharp the event finished.We are waiting for your presence at our next event! Thank you for your participation!

Contributor: Sheilla Tridestriana

Written by Admin

January 31, 2011 at 4:23 pm

Posted in Uncategorized

Tagged with

Fotografi : Theather of Mind

leave a comment »

http://apanamablogkita.blogspot.com/2010/06/fotografi-theatre-of-mind.html

Fotografi : Theather of Mind

Oleh Vannia & Aditya

Pernahkah Anda melihat dalam serial CSI: New York, ada seorang lelaki yang lupa ingatan lalu para dokter mencoba membantu mengembalikan ingatannya dengan beberapa lembar foto? Atau ingatkah Anda di film Harry Potter, setiap foto bisa bergerak seperti sebuah video?
Mungkin yang saya sebutkan diatas memang hanya sebuah film, tetapi percayalah, foto dapat berbuat sejauh mana akal manusia berujung. Setiap foto memiliki theatre of mind¬-nya sendiri. Berbeda dengan istilah theatre of mind¬ yang sering kita dengar dalam istilah penyiaran radio, theatre of mind¬ yang dihasilkan oleh foto dapat bertindak lebih jauh lagi. theatre of mind¬ dari audio hanya menghasilkan gambaran serta imajinasi dari alam pikiran yang mengambang, sehingga ia butuh ilustrasi audio. Sedangkan foto, dengan disajikannya visualisasi yang ditangkap oleh indra penglihatan Anda, Anda dapat segera menyadari dan menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi. Selebihnya, theatre of mind¬ Anda menyajikan lanjutan-lanjutan dari visualisasi yang ditangkap melalui foto tersebut. Benar sekali, foto mempunyai seribu makna. Dan juga, tergantung dari bagaimana sudut pandang yang melihat foto tersebut.

The way of seeing. Salah satu hal yang ditekankan oleh Galih Sedayu dari Air Photography saat ia menjadi pembicara dalam acara “Photo Speak: Fotografi sebagai Fungsi Komunikasi”. Sebenarnya, The way of seeing mnjadi hal yang sangat – jauh lebih luas jika batas fotografi disini Anda loncati. Seperti apa?
Saat pertama kali Anda melihat Graha Sanusi, pasti yang terpikirkan oleh Anda adalah sebuah gedung besar yang memiliki acara besar di dalamnya. Dimulailah theatre of mind¬ yang tadi saya sebutkan, tetapi sekarang ia mempunyai bentuk 3 dimensi. Akan tetapi, nyatanya? Gedung besar bernama Graha Sanusi tersebut kosong, alias sepi dari pengunjung. See? Pasti selalu ada persepsi awal dari sebuah the way of seeing dengan realita yang disajikan selanjutnya.

Fotografi, yang menjadi salah satu penangkap maupun pelaku the way of seeing itu sendiri, telah dibuktikan oleh Galih Sedayu pada talkshow-nya di Graha Sanusi. Ia memperlihatkan foto-foto yang membuat gempar dunia, seperti foto anak kecil hitam (lagi) kurus sedang meringkuk dan di belakangnya terdapat burung. Sang fotografer bunuh diri karena amat depresi karena banyak kecaman terhadap foto yang diambilnya tersebut. Ia merasa bersalah karena ‘dipersalahkan’ atas tindakannya yang hanya mengambil foto anak tersebut, bukan menolongnya. Ini juga termasuk the way of seeing, yaitu bagaimana cara menangkap sesuatu dengan pendapat atau opini yang berbeda. Mata kamera hanya mencoba menangkap, tetapi ia tidak bisa mengartikan serta memaknai. Ia berbaik hati menyerahkan semuanya kembali kepada theatre of mind Anda agar Anda dapat menginterpretasikannya sendiri.
Galih pun mengungkapkan bahwa foto juga dianggap sebagai sumber inspirasi bagi masyarakat. Galih menyebutkan, saat foto karya Joe Rosenthal pada tahun 1945 terkait pengibaran bendera Amerika Serikat di Gunung Suribachi, Iwo Jima, Jepang menginspirasi sutradara Clint Eastwood untuk membuat film yang berjudul Flag Our Father. “Film itu membuktikan bahwa foto dapat menjadi sumber inspirasi bagi sutradara untuk menghasilkan sebuah film,” ujarnya.

Sumber inspirasi seperti apa? Sumber inspirasi yang bisa membuat orang tahu; menyadari, bahkan sampai ke tingkat persuasif hingga dapat memunculkan reaksi-reaksi berupa tindakan. Artinya, foto dapat menjadi media yang sangat baik dalam penyampaian suatu pesan. Hal ini bertitik balik pada Komunikasi Visual, di mana apa yang dilihat oleh mata terdapat pesan yang tersampaikan dalam otak Anda. Hal ini juga menjadi jawaban mengapa banyak sekali produk-produk menggunakan foto model, sekedar foto, ataupun keduanya, untuk mempromosikan produk-produknya. Karena apa? Karena Anda, dia, kita, kalian semua, semua orang butuh pencitraan visual. Pencitraan visual yang baik dapat menstimulasikan otak agar menerima pesan yang dimaksud. Jangan sampai karena media Komunikasi Visual yang jelek menyebabkan pesan yang dimaksud tidak tersampaikan kepada publik sebagai komunikan. Seperti contohnya saat sebuah provider menampilkan iklan di koran ataupun di baliho-baliho besar yang terdapat di jalan raya. Mereka memakai artis-artis ternama untuk memasarkan produk mereka, karena unsur terkenal menjadi salah satu daya tarik yang sangat kuat sehingga orang-orang tertarik untuk memakai provider tersebut. Atau contoh lainnya, saat foto bencana gempa di Padang ditampilkan di berbagai media massa, banyak orang yang tergerak hatinya dan ikut menyumbangkan uang ataupun baju-baju bekas dan lainnya agar dapat mengurangi penderitaan yang dirasakan oleh korban gempa di Padang.bahkan orang-orang ikut berdoa. Lagi-lagi the way of seeing. Hal tersebut bisa terjadi karena foto maupun gambar dari video yang bercerita tentang suatu keadaan. Betapa dahsyatnya kekuatan dari gamnabr itu sendiri. Seperti yang disebutkan Galih, fungsi foto sebagai info, pesan, serta harapan di dalamnya.Salah satu fungsi foto lainnya menurut Galih yaitu sebagai arsip peristiwa atau sejarah. Foto merupakan mata rantai yang penting dalam pembuktian konkret akan sejarah. Bagaimana jadinya jika Jurian Munich tidak dating ke Bandar Batavia pada tahun 1841? Tentu foto-foto sejarah kita yang sudah sangat sedikit itu akan bertambah sedikit jika fotografi belum masuk ke negeri kita saat itu. Betapa foto membuktikan Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Betapa foto membuktikan bagaimana Che Guevara pada akhir hayatnya. Betapa foto membuktikan keindahan pemandangan Gunung Himalaya dari puncak tertingginya. Masih banyak betapa-betapa lainnya yang membuka mata dunia. Sejarah membuktikan asal-usul, dan asal-usul menuntut pembuktian. Lewat foto, kita bisa mendapatkan pembuktian tersebut walaupun kamera belum ditemukan pada zaman sebelum masehi. Foto sebagai arsip, juga sebagai pembuktian bahwa seonggok sejarah benar-benar ada.

Galih menyarankan, untuk mendapatkan hasil foto yang bagus, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Pertama, sesuaikan isi foto dengan tema. Jangan melantur kemana-mana jika Anda ingin foto Anda sesuai dengan apa yang menjadi tema. Kedua, harus puny aide yang unik dan berbeda dari yang lain. Being extraordinary dan out of the box menjadi inti dari unik dan berbeda. Jadilah kreatif, pikirkan apa yang orang lain tidak akan pernah pikirkan. Jika Anda sama dengan yang lainnya, buat diri Anda lebih menonjol dengan membuat (lagi-lagi) sedikit perbedaan. Keluarkan ide-ide gila dari the extraordinary way of seeing yang Anda miliki. Semakin gila, semakin baik karena akan membuat banyak perbedaan, dan mungkin juga kontroversi. Yang terakhir, eksekusi. Jika Anda benar-benar yakin akan ide dan konsep Anda yang unik dan berbeda, segera lakukan eksekusi. Siapa tahu Anda bisa mendapatkan momen yang tak terduga.

Seminar fotografi dari Galih Sedayu ini sedikit banyak mengorek lebih dalam tentang dunia fotografi. Foto-foto yang ia tampilkan dari awal mula persejarahan fotografi dapat menjelaskan bagaimana fotografi itu bermula dan memang betapa ‘cantiknya’ dunia fotografi. Hanya saja ia kurang menjelaskan secara detail untuk setiap foto yang ia tampilkan di depan khalayak. Mungkin the way of seeing saya menganggap seperti itu. Bagaimana dengan Anda?

Written by Admin

January 31, 2011 at 4:18 pm

Posted in Uncategorized

Secercah Kearifan Di Kampung Naga

with 4 comments

Foto & Teks : galih sedayu

Sejatinya sebuah Kampung Adat adalah cermin dari peradaban manusia yang telah diwariskan kepada kita sejak dulu kala. Karena di sanalah manusia belajar mengenal alam semesta, sesama dan dirinya sendiri. Kampung Naga adalah bukti peradaban salah satu kearifan lokal tersebut. Kampung ini terletak di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Penghuni kampung ini adalah masyarakat pedesaan Sunda yang telah ada sejak masa peralihan dari pengaruh agama Hindu menuju pengaruh agama Islam di Jawa Barat. Mereka mengaku telah mendiami perkampungan tersebut selama kurang lebih 600 tahun dan hingga kini masih memegang erat aturan-aturan adat yang diwariskan sejak turun temurun. Saat ini tercatat ada sekitar 109 Kepala Keluarga yang menghuni Kampung Naga. Luas total Kampung Naga ini sekitar 1,5 hektar. Di sebelah barat Kampung Naga terdapat hutan keramat yang tumbuh subur sebagai area pemakaman para leluhur masyarakat Kampung Naga, Sembah Eyang Singaparna. Di sebelah selatan Kampung Naga terbentang persawahan penduduk yang hijau dan asri sebagai lahan mereka untuk menanam padi. Dan di sebelah utara Kampung Naga mengalir aliran sungai Ci Wulan (Kali Wulan) dengan batu-batunya yang berserakan indah dimana sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah Garut.

Arti kata Kampung Naga sendiri bukan merupakan sebuah kampung yang dihuni oleh binatang mitos naga yang kerap kali dijumpai di film-film khayal atau yang sering didongengkan kepada anak kecil sebelum tidur. Kampung Naga berasal dari bahasa sunda yaitu “Kampung na Gawir” yang dalam bahasa indonesia memiliki pengertian “Kampung di Jurang”. Karena  bila kita menyambangi Kampung Naga, kampung tersebut akan terlihat dari jalan seolah-olah terletak di dasar jurang. Perjalanan menuju Kampung Naga ini mengharuskan kita untuk menuruni kurang lebih 350 anak tangga dengan kemiringan 40 derajat dan setelah itu menyusuri sungai Ciwulan sebelum tiba di pemukiman penduduk. Seluruh bangunan rumah yang ada di Kampung Naga memiliki sebuah ciri berupa “Tanda Angin” yang digantung di setiap pintu depan rumah. Tanda Angin ini berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah dilengkapi dengan syarat-syarat ritual dengan tujuan untuk menolak bala atau pencegah musibah bagi penghuni rumah.

Saat ini masih ada sebagian masyarakat yang belum mengenal keberadaan Kampung Naga beserta masyarakat tradisional tersebut. Untuk itu saya mencoba untuk menghadirkan kembali segala bentuk bangunan fisik, nilai-nilai tradisi dan potret keseharian penduduk Kampung Naga ini melalui cuplikan-cuplikan fotografis. Tentunya dengan sebuah harapan bahwa Kampung Naga ini dapat terus diperkenalkan kepada masyarakat dunia agar segala kearifan yang melekat di sana akan selalu diingat, dimaknai dan ditularkan. Meski saat ini arus budaya modern merasuk begitu cepatnya, tetapi keberadaan Kampung Naga berserta masyarakatnya ini tetap menjadi sebuah tanda kebesaran alam yang selalu terjaga dan tak pernah sirna oleh kesombongan manusia modern.

Kampung Naga, Garut, 20 Januari 2011

copyright (c) 2011 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.

Written by Admin

January 21, 2011 at 6:31 am

Warisan Nenek Moyang Yang Orang Pelaut

leave a comment »

 

Teks & Foto : galih sedayu

Nenek moyangku orang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa

Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda b’rani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai

Jakarta, 16 Januari 2011

copyright (c) 2011 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.

Written by Admin

January 20, 2011 at 3:37 pm

Iklan Fotografi Tempo Dulu

with 2 comments

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Written by Admin

January 7, 2011 at 1:49 am

Posted in Uncategorized

Tagged with , ,

Photography Talk Show at IMTV Bandung

leave a comment »

Written by Admin

January 6, 2011 at 6:53 am

Interview with Bandung TV at Kemilau Nusantara Photo Contest 2007

leave a comment »

Written by Admin

January 4, 2011 at 2:13 pm