Archive for September 2014
Pokok Hidup Temanggung
oleh galih sedayu
Sungguh mencengangkan memang bila kita mengetahui bahwasanya pendapatan negara indonesia yang berasal dari pajak bea cukai rokok mencapai 100 trilyun per tahun. Tak heran karenanya, di negeri ini tanaman tembakau sebagai bahan utama pembuat rokok menjadi sebuah komoditas yang diunggulkan. Salah satu daerah di tanah air yang menjadi tumpuan penghasil daun tembakau yang terbaik adalah Kabupaten Temanggung. Kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah ini berbatasan dengan Kabupaten Kendal di sebelah utara, Kabupaten Semarang di sebelah timur, Kabupaten Magelang di sebelah selatan dan Kabupaten Wonosobo di sebelah barat. Temanggung termasuk daerah iklim tropis dengan dua musim yakni musim kemarau antara Bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara Bulan Oktober sampai dengan Maret. Curah hujan tahunan yang turun di daerah temanggung pada umumnya tinggi. Cuaca Temanggung yang berhawa udara pegunungan dingin, menjadikannya sebuah ladang yang cocok bagi kesuburan tanaman tembakau. Apalagi temanggung diapit oleh 2 buah gunung yang indah yakni gunung sindoro & gunung sumbing.
Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus, serta memiliki batang & daun yang mengandung zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian rata–rata mencapai 2,5 m hingga 4 m bila tumbuh dengan baik. Umur tanaman tembakau ini rata–rata kurang dari 1 tahun. Daun mahkota bunganya berwarna merah, bentuk mahkota bunganya menyerupai terompet panjang, sedangkan daunnya berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing. Komposisi kandungan yang terdiri dari nikotin, tar dan karbonmonoksida inilah yang menjadikan daun tembakau sebagai bahan pembuatan rokok. Mutu masing-masing tembakau sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk & letak daun, tulang dan lamina, tenunan daun, tebal daun, kepadatan jaringan, berat per satuan luas, keelastisan, bodi, getah atau gum, mutu bakar, kuat fisiologis, warna, aroma, rasa dan sifat higroskopisnya.
Pemetikan daun tembakau di temanggung biasanya dilakukan dengan cara petik biasa (reaping) yakni dengan memetik daun-daunnya saja. Pemetikan daun dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan. Menurut para petani tembakau di temanggung, waktu pemetikan yang terbaik dilakukan pada pagi hari setelah embun-embun yang menempel di daun tembakau telah menguap dan kering. Setelah daun tembakau dipetik, proses selanjutnya adalah sortasi. Sortasi pendahuluan dilakukan terhadap daun berwarna hijau untuk memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe), daun tua (ripe) serta daun yang rusak. Proses ini dilakukan agar memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading, memudahkan harga jual dan memudahkan proses pemasaran.
Setelah itu, pemeraman adalah proses selanjutnya. Yang dilakukan adalah mengatur daun sedemikian rupa yang didirikan di sebuah rak pemeraman. Pemeraman ini biasanya memakan waktu selama 1 hingga 7 hari, tergantung dari posisi daun pada batang. Setelah daun tembakau diperam, proses selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat segera dijemur pada pagi harinya. Setelah daun tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata (digagrak) dan diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur. Setelah rajangan tembakau tersebut kering, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang bambu. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual.
Yang menarik dari semua ini adalah betapa kontranya bila kita membicarakan dampak yang dihasilkan dari rokok dan tembakau. Di satu sisi rokok mematikan jiwa, sementara di sisi yang lain tembakau menghidupkan manusia. Namun biarlah semesta kehidupan yang memberi jawabnya. Karena dalam hidup selalu ada gelap dan terang. Karena dalam hidup selalu ada hitam dan putih. Karena hidup itu sendiri harus tetap berjalan. Biarlah keseimbangan yang menjadikan kehidupan bagi kita.
* Tulisan singkat & foto cerita ini dibuat untuk keperluan klien “Wismilak”
@galihsedayu | bandung, 19 agustus 2014
copyright (c) 2014 by galih sedayu
all right reserved. no part of this pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.
kolong jembatan dulu, taman film kini
oleh galih sedayu
Ruang-ruang kota yang menganggur, umumnya lambat laun akan menjadi kumpulan ruang yang negatif. Lahan kota yang diam, biasanya dijadikan sebuah area yang cenderung menghimpun masalah. Dari mulai isu sampah, sosial, kriminalitas hingga tata ruang yang acak. Namun demikian, kita tidak boleh berhenti berharap kepada sebuah perubahan. Selama ada niatan hati dan ide segar yang terus mengalir, perubahan itu dapat terus dilahirkan.
Kota Bandung memiliki banyak sekali ruang, baik itu ruang aktif maupun ruang non aktif. Untuk ruang yang aktif, kita tak perlu kuatir tentunya. Namun khusus untuk ruang yang non aktif, sudah semestinya sebuah aksi dilakukan. Meski aksi kecil, bila dilakukan secara nyata & bersama-sama, sesungguhnya dapat menciptakan sesuatu yang besar hasilnya.
Kolong jembatan pasupati bandung adalah sebuah ruang yang identik dengan energi negatif. Namun perlahan-lahan, ruang-ruang tersebut mulai bertransformasi menjadi sebuah ruang baru yang bernilai. Setelah taman jomblo & taman skate, kini lahir kembali sebuah taman bertemakan “film” yang mengalih fungsikan salah satu ruang publik menganggur yang berada di kolong jembatan pasupati, tepatnya di bawah balubur town square bandung.
Saat ini Taman Film hadir menyapa warga bandung dengan estetikanya. Lengkap dengan layar raksasa berukuran 4 x 8 meter, tempat duduk penonton yang didesain khusus mengikuti kontur kemiringan tanah secara alami, serta rumput sintetis yang diperuntukkan sebagai area piknik warga bandung sembari menikmati film. Secara bergantian, film akan ditayangkan oleh para komunitas film bandung dari mulai komunitas culindra, ruang film bandung, sembilan matahari, embarra film, cuts film, dan masih banyak lagi.
Mari kita sambut Taman Film ini dengan penuh suka cita. Seraya berharap dan mengucap, “Manjakan mata kami dengan keindahanmu ; Isikan hati kami dengan keceriaanmu ; Tanamkan pikiran kami dengan kecerdasanmu ; Sehingga kami akan selalu menerimamu, menghidupkanmu dan merawatmu”. Dan kepadamu Bandung…satu lagi sebuah taman kami persembahkan.
@galihsedayu | bandung, 11 september 2014
copyright (c) 2014 by galih sedayu
all right reserved. no part of this pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.