Merindukan Ringkikan Kuda Besi Di Lampegan
Teks & Foto : galih sedayu
“I never travel without my diary. One should always have something sensational to read in the train”. – Oscar Wilde
Salah satu kenangan masa kecil yang paling saya ingat adalah tatkala berlibur ke rumah nenek dengan menggunakan Kereta Api. Meski kadang harus mencium aroma tak sedap dari keringat kambing yang dibawa serta oleh penumpang Kereta Api tersebut, namun suasana tersebut masih membekas dan menjadi salah satu memori yang mengesankan dalam hidup saya. Kereta Api yang saya gunakan adalah Kereta Api ekonomi Argo Peuyeum jurusan Bandung – Cianjur. Rute yang biasa saya lalui berawal dari Stasiun Cikondang Cianjur dan berakhir di Stasiun Cireunghas. Kemudian dari Cireunghas saya melanjutkan perjalanan dengan angkot menuju tempat kediaman nenek saya di Gegerbitung. Selama perjalanan Kereta Api dari Cianjur menuju Cireunghas, ada banyak pemberhentian yang harus dilakukan karena Kereta Api mesti mengambil penumpang dari setiap stasiun yang dilewati. Entah mengapa, saya selalu merasa gembira sekaligus gugup ketika Kereta Api tersebut berhenti atau melalui Stasiun Lampegan. Karena setelah itu Kereta Api akan masuk ke dalam sebuah terowongan dan serta merta suasana di dalam Kereta Api menjadi gelap gulita selama beberapa menit. Kadang bila Kereta Api yang saya tumpangi berhenti cukup lama di Stasiun Lampegan tersebut, saya sering keluar dan berjalan kaki sambil menikmati suasana heritage yang hadir di kawasan itu.
Stasiun Lampegan ini terletak di daerah Desa Cibokor, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Stasiun ini letaknya dekat pula dengan Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur. Menurut catatan sejarah, Stasiun Lampegan dan terowongannya dibangun pada tahun 1879 hingga 1882 dan saat ini masuk menjadi kawasan Cagar Budaya. Menurut cerita, pembangunan terowongan ini dilakukan dengan cara meledakan bagian tengah badan Gunung Kancana yang menaungi kawasan tersebut. Awalnya terowongan ini digunakan untuk mengangkut palawija, kopi & rempah-rempah dari Sukabumi menuju Cianjur. Namun pada tahun 2001 dan tahun 2006, terjadi peristiwa longsor di kawasan Terowongan Lampegan ini akibat Gempa Bumi. Meski kondisi Terowongan Lampegan sudah diperbaiki, namun saat ini masih belum dilalui Kereta Api. Bangunan stasiun, rumah kepala stasiun serta terowongan Lampegan masih seperti saat pertamakali dibangun. Pada tahun 2009, kawasan ini direnovasi karena akan dioperasikan kembali pada bulan November 2010. Namun sayangnya rencana tersebut urung dilaksanakan karena kuatir bila terjadi kembali bencana longsor di dalam terowongan. Terowongan Lampegan awalnya memiliki panjang 686 meter. Namun setelah peristiwa longsor, panjang terowongan ini menjadi sekitar 415 meter. Dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) untuk mendukung jalur kereta api Jakarta-Bogor, Bogor-Sukabumi dan Sukabumi-Bandung melalui Cianjur, Terowongan Lampegan merupakan salah satu terowongan jalan kereta api tertua yang pernah dibangun pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Sebenarnya, kawasan ini dulunya bernama Sasaksaat sebelum berganti nama menjadi Lampegan. Namun menurut penduduk setempat, nama Lampegan berasal dari bahasa percakapan orang Belanda tatkala kereta api memasuki terowongan. Dimana sebelum Kereta Api masuk ke terowongan itu, sang kondektur selalu meneriakan kata dalam bahasa belanda yakni ‘steek Lampen aan!’ yang berarti nyalakan lampu. Sehingga menurut penduduk di sana yang terdengar seperti kata “Lampegan”. Berbicara tentang Terowongan Lampegan, ada juga cerita mistik perihal Nyi Ronggeng Sadea, seorang ronggeng yang ternama kala itu. Dimana saat Terowongan Lampegan selesai dibangun (1882), Nyi Sadea diundang untuk menghibur para pejabat Belanda dan menak-menak Priangan. Usai pertunjukan, menjelang dinihari Nyi Sadea diantar pulang oleh seorang pria melalui terowongan yang baru diresmikan. Sejak itu pula Nyi Sadea hilang dan tidak diketahui keberadaannya.
Karena itulah saya sangat berharap bahwa suatu saat Stasiun & Terowongan Lampegan ini dapat dihidupkan kembali. Mungkin juga harapan yang sama bagi kita semua maupun penduduk setempat yang memerlukan jasa transportasi yang murah. Karena di sanalah berbagai cerita dan sejarah melekat erat bersama dengan alam dan manusianya. Ingin rasanya mendengar kembali suara deru roda besi kereta yang memecah kesunyian di Lampegan. Lalu kemudian merasakan sensasi gelapnya terowongan yang menyambut dengan ceria. Hingga akhirnya Lampegan menemukan kembali keluarganya yang telah lama hilang ditelan waktu. Tut…tut…tut…
“Peace Train is a song I wrote, the message of which continues to breeze thunderously through the hearts of millions of human beeings”. – Cat Steven
Cianjur, Lampegan, 10 Juni 2011
copyright (c) 2009 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.
Kalo sempet difoto yah stasiun cibeber sekarang, saya dulu juga mempunyai kenangan sewaktu kecil dari stasiun padalarang menuju stasiun cibeber dengan kereta cianjuran. Antara tahun 80an, sayangnya foto-foto nya sudah rusak tidak sempat di masukin ke komputer. Terima kasih sebelumnya.
Fudin
September 9, 2013 at 6:41 am
Siap. Hatur nuhun.
Admin
September 17, 2013 at 3:05 am
Alhamdulillah, tidak lama lagi stasiun lampegan akan hidup kembali dengan dioperasikannya KA baik yang ke jurusan Sukabumi – Bogor maupun Jurusan Bandung. KA Sukabumi – Bogor akan diresmikan pada tanggal 9 Nopember 2013 dengan nama KA Pangrango yang terdiri dari Lok CC201 dan 1 K eksekutif+3K Eko AC+KMP. Sedangkan arah Cianjur saat ini masih dalam perbaikan dan diharapkan Awal tahun 2014 (Februari/Maret 2014) sudah dapat beroperasi sesuai permintaan RI.1 melalui Menteri BUMN. Semoga cepat terlealisir
Hendy
November 1, 2013 at 3:34 am
Semoga bisa terus hidup & dilestarikan 🙂
-g
Admin
November 2, 2013 at 1:17 am
Tulisan yang bagus bro, dan foto2nya juga keren!
Ohya insya Allah hari Minggu ini (17 Nov 2013) saya dan bbrp RF akan joyride Pangrango. Rencananya ingin sekaligus nengok Stasiun dan Terowongan Lampegan. Kalau dari Sukabumi ke Lampegan enaknya naik apa yah? Maunya sih tracking, tapi kayaknya waktu ndak memungkinkan, mungkin lain waktu.
Ahsyaka
November 12, 2013 at 9:46 pm
Makasih yah. Kalo dari sukabumi bisa naik bis menuju ke warung kondang, cianjur. Abis itu bisa naik ojek menuju ke stasiun KA lampegannya. Semoga sukses yah 🙂
-g
Admin
November 13, 2013 at 7:05 am
Sekarang uda beroperasi lagi ko kereta nya..saya salah satu penumpang setia kereta api sukabumi-cianjur. Skitar 2 minggu yang lalupun sempat ada kejadian aneh lagi antara statsiun lampegan dans statsiun cireunghas.
Sepertinya mistis itu memang ada.. 😉
chicha
October 25, 2014 at 7:51 am
Oh ya? Kabar baik donk. Semoga bisa terus beroperasi ya Kereta Apinya. Kalau yang mistis-mistis mah saya ga ikutan ah. Hehe.
-g
Admin
October 25, 2014 at 11:38 am