Geliat Bergerak Industri Kreatif Tasikmalaya
oleh galih sedayu
Tasikmalaya yang dijuluki Sang Mutiara dari Priangan Timur merupakan salah satu kota yang melengkapi keutuhan tubuh wilayah Provinsi Jawa Barat di bagian tenggara. Sejarah sendiri mencatat bahwa Tasikmalaya sebelumnya adalah sebuah kabupaten. Namun seiring dengan perubahan yang selalu terjadi, kini di Tasikmalaya memiliki 2 buah bentuk pemerintahan yakni Pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kota Tasikmalaya. Bila dirunut berdasarkan peristiwa lampau yang terjadi, sejarah lahirnya kota Tasikmalaya dimulai tatkala A. Bunyamin menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya tahun 1976 hingga 1981, dengan diresmikannya Kota Administratif Tasikmalaya melalui peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1976. Pada waktu yang bersamaan, Walikota Administratif Pertama yaitu Drs. H. Oman Roosman dilantik oleh Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat, H. Aang Kunaefi. Kemudian pada tahun 2001, dirintislah pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya oleh Bupati Tasikmalaya, Kol. Inf. H. SuIjana Wirata Hadisubrata (1996 – 2001). Akhirnya dibawah pimpinan Bupati Drs. Tatang Farhanul Hakim, pada tanggal 17 Oktober 2001 melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001, Pembentukan pemerintahan Kota Tasikmalaya sebagai pemerintahan daerah otonom disahkan. Dimana pada tanggal 18 Oktober 2001, Drs. H. Wahyu Suradiharja dilantik sebagai Pejabat Walikota Tasikmalaya. Sejak saat itulah Tasikmalaya memiliki kuasa dan kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Karena sejak dulu Tasikmalaya memiliki berbagai potensi kerajinan lokal, perkembangan industri kreatif kota ini mulai diperhitungkan. Karenanya, saat ini Tasikmalaya mulai dijagokan sebagai Second City dari Provinsi Jawa Barat setelah kota Bandung.
Potensi Industri Kreatif di Tasikmalaya ternyata cukup besar. Dari mulai bordir, batik, alas kaki (kelom geulis), kerajinan mendong, anyaman bambu, meubel, hingga payung geulis sangat memberikan kontribusi ekonomi yang tentunya menopang pertumbuhan kota Tasikmalaya. Menurut data yang diberikan oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tasikmalaya dan Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tasikmalaya, ada sekitar 2.307 unit usaha industri kerajinan di Tasikmalaya yang menyerap tenaga kerja sebanyak 23.565 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 350 Milyar serta nilai produksi yang mencapai Rp. 1,4 Triliun. Dari industri kreatif bordir dengan lokasi sentra di Kecamatan Kawalu, ada sekitar 1.317 unit usaha, 12.898 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 193.627.373.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 895.008.263.000. Dari alas kaki (kelom geulis) dengan lokasi sentra di Kecamatan Tamansari, Mangkubumi, ada sekitar 504 unit usaha, 5.924 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 135.255.674.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 396.266.958.000. Dari kerajinan mendong dengan lokasi sentra di Kecamatan Purbaratu, Cibeureum, ada sekitar 173 unit usaha, 2.237 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 6.891.602.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 41.629.874.000. Dari batik dengan lokasi sentra di Kecamatan Cipedes, Indihiang, ada sekitar 32 unit usaha, 551 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 2.557.166.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 26.963.320.000. Dari kerajinan kayu {meubel) dengan lokasi sentra di Kecamatan Cipedes, Tawang, Cibeureum, Tamansari, ada sekitar 202 unit usaha, 1.258 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 9.785.331.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 54.036.745.000. Dari kerajinan bambu dengan lokasi sentra di Kecamatan Mangkubumi, Indihiang, ada sekitar 75 unit usaha, 660 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 1.200.038.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 5.466.606.000. Terakhir dari payung geulis dengan lokasi sentra di Kecamatan Indihiang, Cihideung, ada sekitar 4 unit usaha, 37 orang jumlah tenaga kerja, nilai investasi sebesar Rp 76.940.000, dan nilai produksi sejumlah Rp 332.800.000.
Melihat potensi Tasikmalaya ini, tentunya masyarakat Jawa Barat yang digadang sebagai salah satu gudang masyarakat kreatif mesti siap menghadapi segala tantangan yang terjadi di era ASEAN Economic Community 2015 yang tinggal menghitung hari. Sudah saatnya masyarakat Jawa Barat mulai bekerja dengan keadaan yang baru ini, Beber Layar, Tarik Jangkar kalau menurut peribahasa sunda, tentunya dengan cara bekerja keras, Dug hulu, pet nyawa, sehingga apapun tantangannya, jika kita rajin dan penuh kesabaran, pasti cita-cita akan tercapai, Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok kata para sesepuh kita. Untuk itulah, masyarakat Jawa Barat harus mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dimiliki berkaitan dengan pengembangan industri kreatif. Dan cara terbaik yang dapat dilakukan adalah mulai.
@galihsedayu | tasikmalaya, 10 desember 2014
*batik
*kerajinan mendong
*kelom geulis
copyright (c) 2014 by galih sedayu
all right reserved. no part of this writting & pictures may be reproduced in any form or by any means, electronic or mechanical including photocopy, recording or any another information storage and retrieval system, without prior permission in writing from photographer.
Leave a Reply