Sang Visioner Visual
Teks : galih sedayu
Program Photo Rendezvous kembali dihadirkan oleh air foto network di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) pada hari kamis tanggal 30 Juni 2011. Photo Rendezvous kali keenam ini digelar berbarengan dengan Pameran Foto “Aku Melihat Indonesia” yang berisikan tentang foto-foto dokumenter salah seorang pemimpin Bangsa Indonesia, Bung Karno. Photo Rendezvous yang merupakan program edukasi fotografi bagi masyarakat umum ini mendatangkan dua orang pembicara yaitu Diah Pitaloka & Yurri Erfansyah. Diah Pitaloka merupakan kurator sekaligus ketua panitia penyelenggara Pameran Foto Bung Karno yang digelar dari tanggal 24 Juni 2011 s/d 30 Juni 2011 di GIM dalam rangka memperingati bulan Bung Karno. Sedangkan Yurri Erfansyah adalah seorang jurnalis atau wartawan foto yang saat ini bekerja di media online, “Bandungnewsphoto”.
Secara umum Diah Pitaloka telah mengkurasi foto-foto tentang Bung Karno yang jumlahnya sangat banyak sehingga terpilih 101 buah foto untuk dipamerkan. Foto-foto ini ada yang didapatnya dari IPPHOS, Koleksi DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, Keluarga Megawati Soekarno Putri, maupun orang-orang yang menyumbangkan album foto tentang Bung Karno secara Sukarela. Hanya saja pada saat proses pemilihan foto tersebut, beberapa diantaranya telah rusak sehingga sulit direstorasi. Diah pun akhirnya mau tidak mau membaca buku-buku, literatur & sejarah perjalanan tentang Bung Karno agar pemilihan foto tersebut berkaitan dengan realitas sejarah yang telah ditulis. Faktor momentum menjadi salah satu kunci bagi Diah dalam memilih gambar-gambar tersebut.
Akhirnya foto-foto yang dipamerkan pun sangat beragam. Di sana banyak terlihat foto-foto Bung Karno yang bersanding dengan para tokoh dunia seperti Fidel Castro, Che Guevara & Mao-Tse Tung. Selain itu ada pula foto Bung Karno yang terlihat akrab dengan masyarakat kecil. Ada cerita yang menarik yaitu foto Bung Karno yang tengah menyalami Jenderal Sudirman. Menurut yang Diah baca dari berbagai sumber, banyak yang menyebutkan bahwa pada saat itu Bung Karno meminta adegan ia bersalaman dengan Jenderal Sudirman tersebut diulang. Mungkin Bung Karno merasa bahwa foto yang diambil sebelumnya kurang sempurna di mata beliau. Jadi pada intinya adalah Bung Karno sangat memperhatikan hal-hal kecil termasuk yang menyangkut citra visual tentang dirinya. Karena Ia sadar benar bahwa citra visual itu (foto) nantinya akan sangat berharga dan menjadi sejarah yang tak terlupakan di kemudian hari. Cerita ini tentunya mengingatkan kita pada karya foto Joe Rosenthal yang dibuat tahun 1945, yaitu foto para serdadu Amerika yang tengah mengibarkan bendera AS di bukit surobachi. Menurut sejarah, adegan foto inipun sebenarnya diulang agar kelihatan lebih heroik dan sempurna.
Yurri Erfansyah berbicara tentang konteks foto dokumenter jaman dahulu dibandingkan dengan masa kini. Yurri berpendapat seharusnya di era sekarang ini, para fotografer semakin dituntut untuk menciptakan karya-karya foto yang semakin berkualitas dibandingkan dengan jaman dahulu yang sarat dengan keterbatasan teknologi. Selain itu Yurri menampilkan beberapa karya foto dokumenter yang ia buat dari mulai demo, ariel peter pan, gubernur jabar sampai foto bencana.
Pada intinya, saat ini mesti dibangun kesadaran bersama untuk menyelamatkan karya-karya foto masa lalu terutama yang erat kaitannya dengan sejarah bangsa kita. Karena banyak sekali karya foto tentang bangsa kita yang disimpan secara apik & teratur oleh bangsa lain, bukan oleh bangsa kita. Tentunya juga perlu dibarengi dengan mengarsipkan karya foto masa kini sebagai kajian sejarah untuk masa yang akan datang. Hingga akhirnya bangsa kita memiliki “identitas visual” agar Bangsa Indonesia selalu tercatat di dalam sejarah peradaban dunia.
Bandung, 4 Juli 2011
Leave a Reply