I'LL FOLLOW THE SUN

Love, Light, Live by galih sedayu

10 Mimpi Masa Depan Bandung

leave a comment »

“10 Mimpi Masa Depan Bandung”
Oleh : Ridwan Kamil
26 September 2008

Dari tahun ke tahun, Bandung merayakan hari jadinya, selalu ada yang diimpikan namun tak pernah hadir. Yang jarang hadir itu bernama inovasi. Bahkan mungkin sejak kemerdekaan 63 tahun lalu, inovasi-inovasi untuk kepentingan publik Bandung jarang terlihat. Tidak ada stadion olah raga atau gedung konser yang dibanggakan juga tak ada taman kota atau jalur pejalan kaki yang dirindukan.

Jika kita berdiskusi tentang Bandung dengan orang luar, yang diapresiasi umumnya hanya dua hal: energi kreativitas warganya dan kemeriahan wisata belanja. Sisanya adalah komplain tentang kemacetan, ketidaknyamanan, masalah sampah, dan hareudang-nya udara Bandung. Oleh karena itu, merevitalisasi Bandung dengan inovasi kebijakan adalah sebuah kebutuhan.

Padahal berkat semangat inovasi, konsep murah busway Kota Bogota di Colombia ditiru di mana-mana termasuk Jakarta. Karena dorongan inovasi, Kota Boston dipuji karena menghancurkan jalan tol kota untuk dijadikan taman terpanjang di dunia. Dengan energi inovasi, kota kecil Curitiba di Brazil terpuji sebagi kota terbaik sedunia. Untuk itu, inilah saatnya Bandung pun berinovasi. Tidak usah banyak-banyak. Satu saja namun gaungnya mendunia.

Ada sekitar sepuluh ide pembangunan kota yang penulis ingin sampaikan dalam konteks mengembalikan Bandung menjadi kota yang nyaman dan mengangkat Bandung menjadi kota dunia.

[1] , Merancang taman kota senyaman ruang keluarga.

Perbanyak ruang-ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang-ruang sisa seperti kolong Pasupati. Atau membeli lahan-lahan pribadi di kampung-kampung padat seperti dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta. Meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau menjadi taman aktif yang dirancang dengan baik. Tiap taman dilengkapi dengan keteduhan, tempat duduk senyaman ruang keluarga, fasilitas wi-fi untuk menggoda warga bekerja di ruang luar, menyediakan panggung kecil untuk mengamen , dan kios makan minum kecil. 

[2], Merekayasa lalu lintas untuk kenyamanan warga.

Penyediaan jalur sepeda di jalan-jalan utama untuk memotivasi warga mengurangi ketergantungan kepada mobil. Menyediakan kantung atau zona gedung parkir umum yang dikombinasikan dengan kendaraan bus kecil terbuka gratis khusus untuk turis. Menerapkan pajak kemacetan bagi fungsi komersial yang membebani parkirnya ke jalan umum. Bahkan mungkin busway, monorail, atau kereta gantung sebagai alternatif transportasi publik sekaligus daya tarik wisata bisa dipertimbangkan. 

[3]  Menyediakan bangunan publik modern yang berkualitas.

Sudah saatnya Bandung memiliki gedung konser musik multifungsi yang berkelas. Gelora Saparua bisa menjadi lokasi yang tepat. Puluhan band yang lahir tiap dekade layak mendapat tempat yang baik. Juga Stadion Siliwangi bisa direvitalisasi untuk menghidupi Persib, di mana lantai dasarnya digabungkan fungsinya untuk restoran, ritel, atau fungsi lain. Modernisasi pasar-pasar tradisional di mana pedagangnya tidak disingkirkan malah menjadi pemilik saham projeknya seperti di India. Lawan budaya nongkrong di mal dengan menghadirkan gedung perpustakaan yang modern lengkap dengan kafe, ruang bermain, dan internet gratis.

[4]   Mengaplikasikan seni pada elemen kota

Seni hadir agar nilai-nilai kehidupan bisa kita renungkan. Oleh karena itu, kehadiran instalasi seni di ruang publik seperti di perempatan jalan atau taman kota menjadi penting. Misalnya, hadirnya huruf DAGO raksasa yang permanen di taman Cikapayang atau desain gerbang istimewa di tiap titik masuk ke kota Bandung, seperti gerbang tol Pasteur. Halte-halte kendaraan umum, bisa dirancang dengan tema humoris berbentuk flora atau fauna. Angkot-angkot bisa dihias dengan desain grafis modern seperti kita lihat di Helarfest. Seni membuat hati kita riang, apalagi hadir gratis di ruang publik.

[5]   Menyediakan gedung Creative Corner dan Development Center           

Untuk energi kreativitas sekelas Kota Bandung, kebutuhan adanya gedung pusat kreativitas warga menjadi krusial. Fasilitas berupa ruang pameran, ruang konferensi, meeting room, maupun ruang-ruang yang bisa disewakan untuk menjual produk-produk kreativitas sangatlah dibutuhkan dan membantu akselerasi ekonomi kreatif di Kota Bandung. Gedung atau ruang maket projek kota dan poster projek-projek pembangunan Kota Bandung (development center) juga penting sebagai perwujudan inovasi transparansi dari pemkot. 

[6]   Memotivasi kegiatan berjalan kaki untuk kehangatan interaksi sosial.

Kembalikan Bandung sebagai surga pejalan kaki. Karenanya, jalur pedestrian yang lebar, teduh, dan nyaman lengkap dengan street furniture seperti kursi kayu yang hangat atau lampu yang romantis dengan cantelan pot bunga menjuntai seperti di London bisa jadi hal yang menyenangkan. Projek pedestrianisasi di Jalan Tamansari bisa diteruskan sebagai percontohan yang baik untuk ruas-ruas jalan yang lain.

[7]   Merayakan kebersamaan dengan keragaman festival.

Festival adalah perayaan identitas. Semakin banyak festival semakin menunjukkan kotanya hangat dalam kebersamaan. Jika mungkin tiap bulan di Bandung ada festival berskala internasional. Festival Bunga di bulan Januari, Festival Dago di Februari, Festival Dunia Islam di Maret, Festival Kreativitas Helarfest di Agustus, dan seterusnya. Orang mendatangi kota karena sejarahnya, keunikan fisik/arsitektur kotanya, dan juga karena acara festival-festivalnya. Seperti Rio Carnaval di Brazil dan Flower Carnaval di Pasadena. Keduanya berkelas dunia.

[8]   Mengembalikan Sungai Cikapundung ke fitrahnya.

Sungai Cikapundung adalah saksi zaman. Ia mengalir melewati kisah-kisah sejarah Kota Bandung. Sungai Cikapundung sejatinya adalah ruang terbuka publik. Sudah saatnya, ia dikembalikan dari pembangunan fisik yang merusak akal sehat dan melanggar aturan alam. Revitalisasi sungai di Seoul bisa jadi contoh bagaimana visi dan keberanian wali kota bisa mewujudkan sungai sebagai ruang publik utama. Jika pembebasan lahan di daerah padat masih jadi kendala, 100 m ruas sungai yang masih alami yang dilintasi jalan Siliwangi bisa jadi projek pertama.

[9]   Menata wajah kota dari papan reklame yang semrawut.

Susah mencari logikanya bagaimana banyak stuktur reklame raksasa tiba-tiba bisa hadir berdiri di sembarang tempat. Jalur-jalur historis termasuk Jalan Dago sebaiknya dibebaskan dari struktur reklame. Untuk melawan budaya konsumerisme, bisa saja sebulan sekali seluruh papan reklame diwajibkan menayangkan iklan layanan masyarakat yang menggugah akal sehat dan semangat hidup.

[10]   Meramahi lingkungan dengan green policy.

Bumi semakin panas. Salah satu penyebab terbesar adalah panas yang dihasilkan bangunan-bangunan di perkotaan. Peraturan kota yang mewajibkan konsep green building harus dihadirkan. Atap datar yang ditanami rumput sangat dianjurkan. Kewajiban menanam minimal satu pohon peneduh untuk satu rumah atau menghijaukan bukit-bukit gundul di utara Bandung bisa membantu menurunkan suhu barang 1-2 derajat dan memperbanyak suplai oksigen. Menanami pohon di seluruh ruas jalan di Bandung harus dilakukan segera. Terutama di wilayah selatan Bandung yang cenderung gersang. Mengganti suplai listrik seluruh lampu penerangan jalan di Bandung dengan energi surya (photovoltaic), seperti di tol Cipularang, juga sudah sangat dimungkinkan.

Demikianlah sejumput udunan ide-ide yang mungkin bisa didengar Pemkot Bandung untuk bisa menjadi sumber ide-ide yang bisa membawa harkat dan citra Bandung menjadi kota yang bermartabat.

Selamat ulang tahun Bandung. Karena hidup adalah udunan

Written by Admin

September 8, 2018 at 2:13 am

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: