Menangkap Pikiran, Merasakan Semesta | Teks Pengantar “Mind Reflection” | Art Exhibition by Andra Semesta
Menangkap Pikiran, Merasakan Semesta
Teks : galih sedayu
Andra Semesta. Begitulah seorang perupa & pekerja kreatif muda ini disebut namanya. Layaknya kaum muda yang mewakili jiwa jamannya, Ardiandra Achmadi Semesta yang lahir di Kota Batavia pada tanggal 28 April 1991 ini, sudah sejak lama memuja musik dan bahkan terhubung intim dengannya. Musik menjadi jendela ide yang pertama kali ia buka sekaligus menjadi sahabat sejati yang menemaninya berkarya dalam setiap sapuan kuas yang ditorehkan olehnya atas kanvas kosong. Berkat kemampuan sinestesia Andra, himpunan nada & suara yang ia dengar dari sebuah lagu, direfleksikan kembali olehnya ke dalam sebuah bentuk bunyi visual sehingga melahirkan karya-karya lukis yang cenderung abstrak, ekspresif serta penuh warna.
Saat ini produk seni rupa termasuk karya lukisan menjadi salah satu produk sub sektor Industri Kreatif yang tentunya memiliki peran tersendiri dalam memberikan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Ada 16 sub sektor Industri Kreatif yang menjadi tanggung jawab pemerintah kita melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang dibentuknya sejak tahun 2015. Dari mulai Aplikasi & Pengembang Permainan ; Arsitektur ; Desain Interior ; Desain Komunikasi Visual ; Desain Produk ; Fashion ; Film, Animasi & Video ; Fotografi ; Kriya ; Kuliner ; Musik ; Penerbitan ; Periklanan ; Seni Pertunjukkan ; Seni Rupa ; Televisi & Radio. Namun perbincangan seni rupa sebagai salah satu gerbong dari industri kreatif ini kerap menjadi topik seru yang tak kan pernah ada ujungnya untuk dibahas. Entah itu isu yang menyangkut proses penciptaan hingga nilai transaksional yang terjadi di sana.
Walaupun begitu, sebagian para pekerja kreatif bahkan seperti tidak ambil pusing dan memilih untuk berkarya saja seperti yang dilakukan oleh Andra Semesta melalui Pameran Tunggalnya yang ketiga dengan tajuk “Mind Relection”. Bertempat di Lawangwangi Creative Space, Bandung, kegelisahan dan buah pikiran Andra dipersembahkan olehnya ke dalam karya-karya lukis hasil dari sentuhan tangan & guratan hatinya. Seluruh karya Andra tersebut dipamerkan selama seminggu dan berlangsung dari tanggal 27 April hingga 2 Mei 2017. Sebelumnya Andra pun sempat menggelar Pameran karya miliknya diantaranya Noises by GAP “Sonic Sun” album release show yang bertempat di The Goods Dept. Plaza Indonesia, Jakarta (18 Juli 2011) ; Painting BA 1st Year Corridor Show di Wimbledon College of the Arts, London (6-12 Maret 2012) ; Pameran Tunggal “Mandala : Visualisasi Musik” di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki (22-29 Mei 2015) ; serta Pameran Tunggal “Peleburan Rupa, Nada dan Kata” di Cemara 6 Galeri (29 Maret – 11 April 2016).
Puluhan karya Andra Semesta yang dipamerkan tersebut ibarat sebuah konser visual yang pertama kali disuguhkan olehnya di Kota Paris Van Java ini. Kolaborasa antara kepekaan andra dengan magnet lagu ini menjadi repertoar utuh dalam sebuah pertunjukkan visual miliknya. Kita bisa simak bagaimana lagu “Blonde” dari Frank Ocean ; “Goodness” dari The Hotelier ; “22, A Million” dari Bon Iver ; My Beautiful Dark Twisted Fantasy” dari Kanye West ; “Codes and Keys” dari Death Cab For Cutie ; “The Haunted Man” dari Bat For Lashes ; “The Terror” dari The Flaming Lips dan masih banyak lagi, seperti ber-reinkarnasi ke dalam jejak karya yang dipamerkan oleh Andra Semesta.
Bila kita telisik, hampir sebagian karya Andra Semesta menggunakan kanvas yang berbentuk lingkaran. Entah mengapa ia begitu terobsesi dengan bentuk yang ia sebut dengan mandala. Baginya filosofi spiritual & psikologis sangat melekat dengan bentuk mandala tersebut. Barangkali karena pikirannya yang terus berputar, sehingga alam bawah sadarnya merekam sebuah pola jejak putaran yang menyerupai bentuk lingkaran atau mandala tersebut. Seperti hidup yang selalu berputar, begitu pula agaknya jalan pikiran seorang Andra. Ia sepertinya ingin berdialog dengan musik selamanya. Dengan mengutip sepenggal bait lagu “If” yang ditulis oleh David Gates & dipopulerkan oleh kelompok musik Bread, mungkin kalimat ini yang ingin diutarakan oleh Andra Semesta kepada musik yang menjadi separuh nafasnya,
“If a picture paints a thousand words, then why can’t I paint you?”.
Copy right (c) 2017. All right reserved. No part of this pictures may be reproduced in any form or by any means without prior permission from Andra Semesta & Ruang Kolaborasa.
Leave a Reply